Jumat, 03 Februari 2017

Tur (Roberto Bolaño)

Aku harus mewawancarai John Malone, musisi yang telah lama menghilang. Lima tahun sebelumnya, Malone telah keluar dari kegelapan yang biasa menyelimuti para legenda, dan dia benar-benar tidak lagi populer untuk dijadikan berita meskipun para penggemarnya tidak melupakan namanya. Pada dekade ketujuh abad ke dua puluh satu, bersama Jacob Morley dan Dan Endycott, dia mendirikan sebuah grup bernama Broken Zoo, salah satu grup musik rock yang sangat sukses di era itu. Broken Zoo merekam album pertamanya pada tahun 1966. Album ini sangat luar biasa, dan menjadi keluaran terbaik di Inggris di pertengahan enam puluhan bersama The Beatles dan The Rolling Stones yang berada dalam formasi utama. Album kedua keluar dengan sangat cepat yang mengejutkan semua orang, yang ternyata lebih baik dari album pertama. Broken Zoo telah mengadakan tur Eropa dan sebuah tur di Amerika Serikat. Tur di Amerika Utara berlanjut selama beberapa bulan. Selama mereka berkunjung dari kota ke kota, albumnya menembus tangga lagu dan berhasil menduduki peringkat pertama. Ketika mereka kembali ke London, mereka memutuskan untuk beristirahat selama beberapa hari. Morley mendiami rumahnya yang baru saja dibelinya di pinggiran kota London, dimana disana dia memiliki sebuah studio rekaman pribadi. Endycott tetap menyibukkan dirinya bersama para penggemarnya yang cantik yang selalu mengelilinginya hingga salah satu dari mereka meluluhkannya dan mereka membeli rumah di Belgravia dan memutuskan untuk menikah. Tentang Malone, dia seperti orang yang tidak memiliki gairah. Menurut beberapa buku tentang Broken Zoo, dia pernah menghadiri “pesta-pesta aneh,”  meskipun yang penulis maksudkan dengan “aneh’ tidak sepenuhnya jelas. Aku mengira kalau yang mereka katakan kemudian utnuk mengindikasikan pengaruh seks dan obat-obatan. Segera setelah itu Malone menghilang. Dan setelah membiarkan sebulan atau dua bulan berlalu, manajer Broken Zoo mengadakan konferensi Pers, dimana dia mengakui yang sudah diketahui setiap orang: John Malone telah keluar dari grup tanpa sebuah penjelasan. Tidak lama setelah itu, Morley dan Endycott, bersama drumer Ronnie Palmer, dan pemain tambahan yang dipanggil Corrigan, membeberkan versi mereka sendiri dari peristiwa-peristiwa tersebut. Malone tidak pernah menemui seseorang kecuali Palmer. Dia menghubunginya tiga minggu setelah dia menghilang, hanya untuk mengatakan kalau dirinya baik-baik saja dan mengatakan untuk tidak menunggunya karena dia tidak berniat untuk kembali. Banyak orang berpikir kalau ini adalah akhir dari karir grup musik mereka. Malone adalah musisi yang paling keren diantara semuanya dan sulit membayangkan Broken Zoo tetap eksis tanpanya. Tetapi kemudian Morley kembali ke rumahnya selama sebulan atau kurang lebih seperti itu, dan Endycott juga mengikutinya dan berlatih selama sepuluh jam dalam sehari, hingga mereka menyusun bersama album ketiganya. Berlawananan dengan ekspektasi dari para kritikus, album ketiga Broken Zoo lebih baik dibanding dengan album pertama dan kedua. Tujuh puluh persen materi di album pertama ditulis oleh Malone: Lirik sama baiknya dengan musik. Pada album kedua, kontribusinya menjadi tujuh puluh lima persen. Sisanya dibuat oleh Morley dan Endycott, kecuali untuk trek pertama, yang seperti sebuah anomali, dengan lirik tambahan ditulis oleh Morley dan Palmer. Untuk album ketiga, bagaimanapun, Morley dan Endycott menulis sembilan puluh persen materi, dan sepuluh persen sisanya diciptakan oleh Palmer, Morley, Endycott dan seorang anggota baru, Venable, yang baru bergabung ketika Malone menyatakan bahwa dia tidak akan kembali. Salah satu lagu mereka didedikasikan untuk Malone. Tidak ada kebencian dalam liriknya. Hanya persahabatan dan kekaguman. Lagu ini diberi judul “When are You Going to Come Back?”* lagu ini dirilis sebagai singel dan hanya dalam dua minggu berhasil memuncaki tangga lagu di London. Malone, tentu saja tidak kembali, dan meskipun di waktu itu, beberapa jurnalis ikut mencarinya, semua upaya mereka sia-sia. Bahkan ada sebuah rumor kalau dia telah mati di sebuah kota di Prancis dan terkubur di dalam kuburan orang-orang miskin. Album ketiga Broken Zoo diikuti oleh album keempat yang disambut dengan pujian yang sama, dan setelah album keempat, mereka merilis album kelima dan  keenam, dua album yang tanpa cacat, perwujudan sempurna dari grup ini, dan setelah album-album itu mereka vakum untuk sementara waktu tetapi tidak lama kemudian mereka mengeluarkan album ketujuh yang masih sangat bagus, dan dilanjutkan album kedelapan, dan di pertengahan delapan puluhan mereka menciptakan album kesembilan, album dobel yang lain, dan Morley dan Endycott pasti telah melakukan perjanjian dengan Iblis karena album ini merajai dunia, dari Jepang hingga Belanda, dari New Zealand hingga Kanada, membanjiri Thailand seperti sebuah Tornado. Kemudian mereka memutuskan berhenti, meskipun mulai sekarang dan seterusnya, pada sebuah acara tertentu, mereka kembali memainkan lagu-lagu lama mereka di tempat spesial. Pada tahun 1995, seorang jurnalis dari Rolling Stone menemukan tempat Malone tinggal. Artikelnya membingungkan para fans fanatik Broken Zoo, yang masih menyukai album vinyl pertama mereka. Tetapi kebanyakan pembaca majalah itu seperti tidak peduli yang dialami oleh musisi yang diperkirakan mati itu. Sebaliknya, kehidupan Malone sepanjang tahun tersebut merupakan kehidupan merana. Ketika dia meninggalkan London, dia kembali ke rumah orang tuanya.  Hanya seperti itu. Dia menetap selama dua tahun, tidak melakukan apa-apa, sementara rekan-rekan segrupnya bertekad menguasai dunia.



Diterjemahkan dari The Tour di buku The Secret of Evil Karya Roberto Bolaño (New Direction Book).

Kamis, 19 Januari 2017

Bebek Berkepala Anjing

Ada satu cerita yang sangat disukai Suara Emas yang ditulis oleh Om Jok dalam buku antologi Fabelnya. Cerita itu berjudul Bebek Berkepala Anjing. Ceritanya tidak terlalu rumit tetapi sangat berkesan. Tapi semua ini tidak penting. Bagi Suara Emas, Tokoh utama cerita ini mengingatkannya pada sahabat yang telah lama menghilang dan tak pernah lagi muncul sejak demo kenaikan BBM di tahun 2012. Maka tatkala, Suara Emas diminta untuk menceritakan salah satu cerita yang paling berkesan buatnya kepada murid-muridnya, maka ia pun menceritakan Bebek Berkepala Anjing ini. Kira-kira ceritanya seperti ini (Cerita ini tidak seperti versi asli yang ada di dalam buku Om Jok, tetapi hanya versi yang diingat oleh Suara Emas, jadi mungkin ceritanya sedikit amburadul) :

Di pinggir sungai, di sebuah hutan liar yang jauh dari hiruk-pikuk pemukiman manusia, hiduplah seekor Bebek yang dungu, miskin, dan tentu saja tidak punya nafsu untuk bercinta. Ia dungu, karena ia tak pernah lari ketika hewan-hewan buas mengintainya. Ia miskin karena setiap harinya ia hanya bisa memakan sampah yang ada di sungai (ia pernah memakan tai manusia, tapi itupun hanya seperempatnya) dan ia benar-benar tak punya nafsu ketika ia digoda oleh bebek-bebek yang paling cantik, ataupun bebek yang paling ganteng sekalipun.

"Ia tidak dungu, ia gila,"kata Merpati yang selalu hinggap di sebuah pohon dekat si Bebek menjalankan aktivitasnya.

Sehari-harinya si Bebek lompat di pinggir sungai untuk mencari makanan, dan ketika sudah mendapatkan makanan, sekali kunyah ia langsung naik ke daratan. Dan setelah itu ia tertidur hingga bangun di sebuah pagi keesokan harinya. Ia tak punya teman. Ia dungu dan miskin dan tak punya nafsu untuk bercinta.

Suatu hari, ada seekor Harimau yang mengintainya ketika ia berada di dalam sungai untuk mencari tai yang lezat yang akan dimakannya. ketika ia naik ke daratan, Harimau itu langsung lari menerjangnya tetapi tepat saat si bebek dan Harimau berjarak 0,01 cm, Harimau itu berhenti.

"Baumu busuk, Bebek. Busuk seperti tai manusia," Ujar Harimau.

"Aku memang sudah memakan tai manusia. Apa kau mau memakanku tuan Harimau?" balas bebek.

"Aku pikir-pikir dulu."

"Kau akan rugi memakanku. Kau hanya memakan daging mentah yang busuk sepertiku. Kau tahu? Sekarang sudah banyak bebek yang dipanggang ketika dimakan. Katanya lebih segar ketika dicampurkan dengan apa bumbu hitam cair yang terbuat dari kacang kedelai. Manusia menyukainya. Manusia yang mengaku dirinya cerdas itu, yang selalu membuang tainya di sungai."

"Oh begitu ya?"

"Ya, jika kau ingin cerdas seperti manusia. Makanlah makanan seperti manusia. Bebek yang dipanggang, tapi aku tahu kau juga tolol, kau bahkan tidak bisa memanggang, jadi kusarankan kau ke pemukiman manusia."

Setelah berkata seperti ini Harimau itu langsung hilang dalam sekejap.

Hari berikutnya, seekor Anjing yang berkepala mohawk mendatangi si Bebek yang sedang tertidur pulas. Anjing itu lalu membangunkannya. Si Bebek yang sedang bermimpi indah itu lalu terbangun. 

"Kau membuyarkan mimpi indahku, Anjing!"

"Maaf  Bebek, tapi sudah seminggu ini aku tidak bisa menemukan tuanku yang membawaku kesini. Dan aku tersesat, aku ingin pulang kembali ke rumah majikanku."

"Oh aku khawatir mungkin tuanmu sudah dimakan Babi."

"Oh benarkah? Aku baru tahu kalau Babi bisa memakan manusia."

"Ah kupikir Babi memang bisa memakan manusia. Kau ingin pulang? Sebenarnya aku tahu jalan untuk pulang."

"Kalau begitu, segeralah beri tahu aku, aku sudah kelaparan. Mungkin istri majikanku sudah menyiapkan makanan untukku."

Maka si Bebek pun membisikkan beberapa kalimat ke telinga Anjing Mohawk itu, tetapi entah mengapa saat membisikkan beberapa kata, mulut si Bebek terbuka lebar, dan lebar, dan lebar, dan sangat lebar hingga kelapa Anjing itupun masuk ke dalam mulutnya, lalu perlahan si Bebek pun mengalami perubahan (Mungkin metamorfosis atau evolusi, Suara Emas tidak begitu yakin) dan pada akhirnya kedua binatang itupun menyatu dan lahirlah perubahan yang dahsyat tetapi tanpa cahaya, ataupun efek-efek dramatis seperti adegan klise dalam film sains fiction, Bebek berkepala Anjing.

"Oh tidak. Aku merasakan kakiku berselaput,"ujar Anjing.

"Memang berselaput Anjing. Tap tenag kita berada di dalam tubuh yang sama. Aku hanya meminjam sebagian tubuhmu untuk keluar dari hutan ini," kata Angsa. Dalam tubuh yang sama.

"Kau mau apa?"

"Tubuhmu kupakai agar binatang karnivora keparat lainnya tidak memakanku."

"Tapi ini aneh, kakimu masih berselaput."

"Kupikir semakin aneh, binatang-binatang lain akan semakin takut. Ayolah, aku mau mencicipi bebek panggang yang katanya enak untuk manusia."

"Kau jenius."

"Oh tidak, ini hanya fusion. Aku pernah menontonnya pada film aneh yang ditonton manusia."

***

Dan seperti itulah sahabat kita, Suara Emas, menceritakan kisah Bebek Berkepala Anjing kepada murid-muridnya. Dan setiap kali ia menceritakan kisah ini, ia akan mengingat sahabatnya yang hilang setelah demo mahasiswa saat kenaikan BBM terjadi di tahun 2012.

Selasa, 03 Januari 2017

Yordan

Oleh: Etgar Keret*


Tepat sebelum ia selesai memecahkan kode rahasia di brankas yang tertancap pada dinding rumahnya, Yordan merasa ada sesuatu yang ganjil. Sebuah suara di balik kepalanya berkata,”Lari Yordan, selagi kau bisa.” Tetapi dua belas tahun bersama kelompok Mossad** telah mengajarkannyanya menggunakan indra keenamnya dengan penuh kehati-hatian sama seperti saat ia menggunakan kelima indranya yang lain. Dan sekarang, firasatnya tidak mengecewakannya. Brankasnya kosong. Tiga berkas ‘penting’ dan tas kulit berkancing telah lenyap. Untuk pertama kalinya, sejak mereka membunuh orang tuanya tepat di depan matanya, Yordan membiarkan dirinya menjadi pucat. “Jangan panik,”suara di balik kepalanya menenangkannya. “Berpikir, berpikir, berpikir.” Siapa yang bisa berpikir kalau kau terus mengoceh? “Tak seorangpun yang tahu kombinasi kode ini kecuali istriku, Yemima,” Yordan memberi tahu dirinya sendiri mencoba untuk mempersempit daftar orang-orang yang patut dicurigai, “dan aku telah membunuhnya pada Nopember lalu, setelah melebihkan sakarin pada kopinya.” Ia masih berdiri di depan brankas kosong itu. Ia merasa terganggu karena kesalahan yang ia buat di bulan Nopember ketika ia menjadikan dirinya sendiri sebagai salah satu pelaku yang dicurigai. Atau pernahkah ia melupakan seseorang? Yordan ingat tentang Halamish ajarkan kepadanya di latihan dasar (sebelum ia diberitakan sebagai bagian dari Khmer Merah***): “Jangan percaya pada siapapun, termasuk dirimu sendiri.” Tiba-tiba semuanya terpecahkan. “Akulah yang telah mencuri berkasnya,”bisiknya pada dirinya sendiri seakan-akan tak percaya. “Semua hipotesis sudah terbukti: Aku mengetahui kombinasi kodenya, aku memilki kesempatan dan siapa lagi selain aku yang memiliki alasan untuk mencuri tas kulitnya?” Setelah sedikit kaget karena ini, Yordan memutuskan untuk bertindak dengan sangat cepat. Ia meringkus dirinya sendiri dari belakang, menguasainya dengan mudah lalu mengikat dirinya sendiri di kursi. “Siapa yang mengutusmu?” Ia meneriaki dirinya sendiri dengan murka. “Bicara, bajingan!” “Hei, apa kau sudah kehilangan akal sehat?” dirinya menjawab dalam kebingungan. “Ini saya, maksudku, kau sendiri Yordan. Jangan ikat saya.” “Diam, penghianat!” Balasnya dan menampar dirinya sendiri. “Saya, pengkhianat?” tanyanya, terkejut. “Yordan, apa kau gila? Kau telah mengenalku sedari dulu. Kau tahu, saya tidak akan mengkhianati tanah airku.” Yordan lalu pura-pura tersadar dan melepaskan ikatan pada dirinya sendiri. “Tfadal,”**** katanya, sambil menyodorkan sebatang rokok kepada dirinya sendiri. “Shukran,”***** balasnya, berterima kasih pada dirinya sendiri. “Aha! Sekarang saya menangkapmu, kau anak Arab bangsat,” Kata Yordan dengan sangat girang. “Ayolah, apakah seperti itu caramu berbicara pada Mama?” jawabnya, pura-pura polos. “Jangan bawa-bawa, Mama, tikus busuk. Jika kau bukan mata-mata, mengapa kau membalas perkataanku dengan bahasa Arab?” “Karena kau menanyaiku dengan bahasa Arab, dungu. Kita pernah bersama belajar bahasa Arab saat latihan dasar,” Terang Yordan pada dirinya sendiri, perasan-perasaannya melukai, ketulusan dalam suaranya. “Percaya padanya, ia menceritakan kebenaran,” lalu suara di balik kepalanya berbisik dengan sedikit aksen Rusia. “Setelah semua ini, dia sebenarnya adalah kamu. Kau harus mempercayainya.” “Saya tidak memiliki misi selain mengorbankan hidupku untuk negaraku,”kata Yordan pada dirinya sendiri. “Selain itu... Hei, tunggu dulu, siapa yang berbicara dengan sedikit aksen Rusia itu?” Ia lalu mengayunkan tanganya ke bagian belakang kepalanya lalu mengeluarkan makhluk liliput yang berada di dalam topi berbulunya.


Ketika Yordan membawa si liliput yang terikat untuk diinterogasi di markas pusat, lelaki kecil itu membeberkan beberapa informasi. “Lihat,” katanya, “selama era glasnost******, tak ada satupun orang yang bekerja. Semua agen KGB******* mati kebosanan. Jadi kami memutuskan untuk, bagaimana orang-orang menyebutnya ya, angkat kaki. Kami mencari arsip-arsip kami pada seorang agen ber-IQ jongkok di dunia ini dan kami— Yordan berhenti mendengarnya karena capek. Ia melepas lampu mobilnya, lalu memasukkan lelaki kerdil Soviet itu ke dalam lubang, menyisipkan cahaya lampunya ke lubang itu, dan menekannya hingga ia bisa mendengar teriakan. Delapan detik kemudian, lelaki kerdil itu berhenti berteriak. Yordan memencet tombol U-turn lalu pulang. “Mungkin aku agak bodoh ketika mereka menguji kita pada tes-tes tertentu,” katanya pada dirinya sendiri. “Tapi IQ jongkok di dunia ini? Asal kau tahu saja,” sambungnya dengan ekspresi yang dibuat-buat, “Saya pernah tahu seorang agen Georgia yang hampir tidak bisa menghitung sampai tiga...” Ia tersenyum sinis di depan kaca mobil.
           
Jauh di dalam hatinya, ia masih tidak percaya pada omongan lelaki kerdil itu.  



* Diterjemahkan oleh Himawan dari  'Yordan', The Girl On The Fridge (2008, Farrar, Starus, and Giroux) karya Etgar. Diterjemahkan dari bahasa Hibrew ke bahasa Inggris oleh Miriam Shlesinger & Sondra Silverston.

** Mossad sebutan untuk badan intelijen Israel.

*** Khmer Merah atau Khmer Rogue adalah sayap militer partai Komunis Kamboja yang beraliran Maois.

**** Tfadal merupakan istilah dalam bahasa arab yang berarti silakan.

***** Shukran merupakan istilah dalam bahasa Arab yang berarti terima kasih.

****** Glasnost merupakan sebutan untuk kebijakan yang diterapkan pemerintah Uni Soviet di bawah Mikhail Gorbachev.

******* KGB sebutan untuk badan Intelijen Uni Soviet. 

Senin, 02 Januari 2017

Perihal Menulis

Menulis, bagaimanapun adalah pekerjaan yang sangat sulit. Butuh konsentrasi yang tinggi agar bisa tetap fokus untuk menghasilkan tulisan bagus. Jika kau tidak fokus, maka kesempatan untuk menyelesaikan tulisan bagus tentu akan hilang. Begitupun yang aku alami sekarang. Aku benar-benar tidak bisa menulis baik bahkan menulis cerita remeh sekalipun.

Seseorang berkata, kau harus banyak baca buku-buku bagus agar keterampilan menulismu mencuat atau setidaknya kamu bisa menulis cerita-cerita remeh seperti penulis-penulis pelit yang tidak jelas itu. Aku melakukannya. Aku membaca buku. Mulai dari buku-buku penting (Hemingway, Kafka, Marquez, Llosa, Pamuk, Bolano, Murakami, dan masih banyak lagi) sampai buku-buku yang sebenarnya tidak penting untuk dibaaca (Misal buku pelit karangan Raditya Dika, buku motivasi oleh motivator dan buku how to lainnya (karya-karya ini sebenarnya boleh dibaca untuk membandingkan tulisan kita, yakinlah tulisanmu akan lebih bagus daripada karya-karya ini). Setelah membaca semuanya, aku masih tidak bisa menulis. Ada semacam kekacauan yang menyelimuti otakku. Asem.


Suatu hari aku bertemu dengan seorang kawan. Ia sekarang sudah menjadi guru bimbel di sebuah kampung kecil yang tidak terlalu ramai. Kami bercerita tentang masa lalu, dan tidak lama kemudian, aku menceritakan masalahku yang tidak bisa menulis kepadanya.





“Kau bisa bepergian kemanapun, atau kau bisa mempunyai pacar berapapun lalu putus, lalu patah hati dan setelah itu semua barulah kau bisa menulis. Usahakan dalam menulis kau menambahkan sedikit drama, artinya ada hal yang perlu kau lebih-lebihkan agar pembaca bisa menerima tulisanmu. Bukankah sekarang orang-orang menyukai drama?”

Kurang lebih seperti itu yang ia katakan padaku. Aku mendengarkannya dengan seksama. Aku bahkan tidak peduli kalau ia ternyata lebih dulu memberikan saran sebelum aku minta. Sampai sekarang kata-katanya masih terngiang di kepalaku. Entah suka atau tidak, ia sebenarnya bahkan tidak tahu kalau sebelum aku bertemu dengannya, aku telah mengalami banyak patah hati dan benar-benar mendramatisir bagian-bagian tertentu saat menceritakannya ke orang-orang. Tetapi, sungguh sial karena sampai sekarang aku tidak bisa menuliskannya dalam sebuah cerita, baik itu fiksi maupun nonfiksi.

Khawatir, gelisah, takut, bahkan sampai malu yang aku rasakan setiap kali aku ingin menuliskan sebuah cerita di depan layar laptop. Belum cukup satu paragraf, aku pasti akan menghapus tulisan yang sudah kuketik. Aku ingin menjadi penulis, sungguh. Aku ingin menjadi penulis besar Indonesia seperti Eka Kurniawan ataupun Seno Gumira. 

Dan hari ini aku kembali berada di depan layar laptop untuk menulis apapun. Aku ingat dulu ketika masih duduk di bangku SMP, aku pernah menulis cerita tentang seorang tentara (pejuang kemerdekan) yang membunuh semua penjajah pada zaman merebut kemerdekaan. Teman-temanku menyukainya juga guru bahasa Indonesiaku yang terharu karena di akhir cerita pejuang itu mati (digigit ular) setelah membunuh semua musuh-musuhnya.

"Kau tahu, sangat jarang ada siswa SMP yang bisa menulis tentang pejuang kemerdekaan sebaik dirimu," kata guruku yang berulang kali mengatakan itu setiap kali kami bertemu. Aku mungkin senang mendengar perkataannya, walaupun sebenarnya cerita itu bukan cerita orisinal karena aku mencontek sebagian besar cerita Rambo yang selalu kulihat di TV. Yang berbeda mungkin cuma di bagian akhir karena setahuku, Rambo tidak pernah mati digigit ular. Setelah satu cerita ini, aku tidak bisa menulis lagi, walaupun aku terlalu sering membaca. Sekarang saja aku masih berada di depan layar laptop masih mengutuki diri ini mengapa aku masih belum bisa menulis lagi. 

Telah kusebutkan semua masalahku di layar laptop ini. Aku bahkan tidak tahu apakah saat ini aku menulis atau tidak.

Hhhh 

Apa Yang Kita Simpan di dalam Saku?

Oleh: Etgar Keret

Pemantik api, permen batuk, prangko, sebatang rokok yang agak reyot, tusuk gigi, sapu tangan, pulpen, dua puluh lima koin shekel. Hanya itu yang ada di dalam sakuku. Jadi apakah mengherankan kalau sakuku menonjol? Banyak orang bilang iya. Mereka berkata, “ Setan apa yang ada di dalam sakumu itu?” Seringkali aku tidak menjawab, hanya tersenyum, kadang-kadang aku bahkan hanya memberikan sedikit senyum manis. Seolah-olah seseorang sedang menceritakan kekonyolan. Jika mereka memaksa dan bertanya lagi, aku mungkin akan memperlihatkan semua yang kumiliki, bahkan aku mungkin menjelaskan mengapa aku selalu membutuhkan barang-barang ini. Tetapi mereka tidak menanyakannya. Persetan, senyuman, tawa yang sopan, keheningan yang ganjil, dan kami yang berada pada masalah selanjutnya.

Fakta bahwa semua yang aku miliki di dalam sakuku ini kupilih dengan sangat hati-hati sehingga aku selalu terpenuhi. Segalanya kusimpan disini sehingga aku mendapat semacam keberuntungan pada momen yang sangat krusial. Sebenarnya, tidak juga. Segalanya kusimpan disini sehingga aku tidak akan mengalami kerugian pada momen yang sangat krusial.  Karena apakah sejenis tusuk gigi kayu atau prangko benar-benar bisa memberimu keuntungan? Tapi, bagaimana jika, contohnya saja, seorang wanita cantik—bahkan sebenarnya tidak cantik-cantik amat, hanya menarik, seperti seorang wanita yang tampak biasa-biasa saja dengan sebuah senyuman yang mempesona yang membuatmu mengembuskan napas—meminta prangko padamu, atau malah tidak bertanya, hanya berdiri di sudut jalan di depan sebuah kotak surat merah pada malam yang hujan dengan sebuah amplop tanpa prangko di tangannya dan heran ketika kau secara kebetulan tahu letak sebuah kantor pos yang buka saat itu dan kemudian memberinya sedikit permen batuk karena dia kedinginan dan juga putus asa, karena jauh di dalam lubuk hatinya dia sadar kalau tidak ada satupun kantor pos yang buka di daerah itu, tepat pada jam itu, pada momen itu, pada momen yang sangat krusial itu. Dia tidak akan mengatakan,” Setan apa yang kau simpan di dalam sakumu,” tapi dia akan berterima kasih untuk prangkonya, bahkan mungkin bukan cuma ucapan terima kasih, dia akan memberikan senyuman, senyuman indah miliknya, sebuah senyum lebar untuk sebuah prangko surat—aku sungguh-sungguh menunggu giliran seperti ini, walaupun harga untuk prangko membumbung tinggi dan harga untuk senyuman merosot.

Setelah tersenyum, dia akan berkata terima kasih dan kembali batuk karena kedinginan dan juga karena sedikit malu. Dan aku akan menawarinya lagi permen batuk. Lalu dia akan bertanya ”Apa lagi yang ada di dalam sakumu?”  tetapi tanpa persetan dan istilah negatif lainnya, dan aku akan menjawab tanpa keraguan: Semua yang kau butuhkan, sayangku. Semua yang benar-benar kau perlukan.

Jadi sekarang kau tahu untuk apa aku menyimpan semua itu di dalam sakuku. Sebuah kesempatan untuk tidak gagal. Hanya kesempatan kecil, tidak besar, bahkan mungkin mustahil. Aku tahu itu, aku tidak bodoh. Mari katakan lagi "kesempatan yang kecil sekali", tetapi ketika kesempatan seperti itu datang, aku mungkin mengatakan ya padanya, dan bukan “Maaf, aku tidak punya rokok/tusuk gigi/koin untuk mesin soda.” Itulah yang kumiliki di dalam sakuku (penuh dan menonjol), sebuah kesempatan remeh untuk mengatakan ya atau malah menjadi menyesal.

Diterjemahkan oleh Himawan dari “What Do We Have In Our Pockets?” dalam buku Suddenly, a Knock on the Door (Farrar, Straus, and Giroux, 2012) karya Etgar Keret.